Tuesday, February 15, 2011

Cinta itu Fitrah: Mahabbah dan Mawaddah

Kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki erti yang sama iaitu menyukai, senang, menyayangi.
Bismillahirrahmanirahim...Dengan nama Allah Yang Maha Penyayang Lagi Maha Mengasihani.
   
Terlebih dahulu, ingin saya zahirkan rasa bangga bila sahabat-sahabat satu persatu berjaya menyempurnakan tanggungjawab sebagai pengarah dan timbalan pengarah sepanjang minggu KEMBARA berlangsung. Bermula dengan Bakti Siswa di perkampungan Balok Pine, Serikandi dan Putera Islam, Konsert Kembara Simfoni Madrasah Rasulullah dan malam ini Bicara Cinta oleh Ust Pahrol Mohd Juoi. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mengagendakan saya dan sahabat-sahabat untuk bersama-sama merancang program dan mewujudkan suasana harmoni dan tenteram sempena sambutan Maulidurrasul di UMP.

Cinta itu Fitrah Insani

Saya percaya semua setuju. Malah, jika kita klik "cinta" pada google search atau web search yang lain, saya pasti banyak blog-blog yang mengupas isu-isu berkenaan cinta. Tak percaya? Ce cari sekarang..Antara definisi-definisi cinta yang menarik:

Cinta bererti dihilangkannya rasa takut. Jampolsky (1981) menegaskan bahawa rasa takut akan kesalahan 
masa lalu dan ketakutan masa depan hanya menyediakan sedikit ruang bagi dinikmatinya dan dihayatinya 
masa kini serta masa yang akan datang. Tidak menilai orang lain adalah satu cara bagaimana aku bisa 
membebaskan diri dari rasa takut dan mengalami cinta. Penerimaan bererti aku tidak memusatkan diri untuk 
mengubah orang lain agar mereka menyesuaikan diri pada harapan-harapanku.

Casey dan Vanceburg (1985) menyebutkan ini : “Bukti yang jujur dari cinta kita adalah komitmen untuk
mendorong pengembangan diri masing-masing secara penuh. Kita adalah pribadi-pribadi yang interdependen
yang membutuhkan kehadiran (sesuatu) yang lain untuk memenuhi takdir kita. Sekalipun demikian, kita juga 
individu yang terpisah. Kita harus berjuang atas nama kita sendiri.”

Dari buku The Art of Loving karya Erich Fromm yang mengatakan bahwa cinta yang matang menyimpulkan 
esensi cinta sejati dengan amat baik: “Cinta yang matang adalah kesatuan dalam keadaan yang menjaga 
integritas tiap orang, individualitas masing-masing. Dalam cintalah paradoks ini terjadi, bahwa ketika dua 
manusia menjadi satu mereka tetaplah dua.”


Pengertian Cinta Menurut Al-Quran:

Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.

Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang ” jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia. Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum : 21 “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tenteram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.

Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.

Kemudian, saya menjumpa ini:

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya disbanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni
orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.

Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bias seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan
bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33).

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi.

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

 Akhirnya saya menjumpai ini dalam diari saya:- Notes for Suriey..
"Cintakan manusia itu tidak mewujudkan kebahagiaan yang hakiki untuk seorang insan dan ia tidak kekal abadi kerana manusia itu sering membuatkan seseorang itu kecewa, gagal, merasa terseksa. Oleh itu, tiada suatu cinta pun yang dapat membuahkan kebahagiaan dan kenikmatan yang kekal abadi kecuali cinta kepada Pencipta manusia itu sendiri..." ~ahli sufi Rabiatul Adawiyah.
 Banyak perkongsian yang saya dapat daripada Ust Pahrol tadi walaupun hanya 1 jam mendengar apa yang diperkatakan (after kelas intermediate Mandarin terus bergegas ke astaka).

Seperti dalam kata-kata ustaz: "Banyakkan memberi bukan menerima" harus dipraktikkan dalam kehidupan seharian. Seperti juga kata-kata ini "Jika ingin seseorang menyayangi kamu, kamu haruslah menyayangi terlebih dahulu". Jadi, sebagai insan yang lemah lagi dhaif, salurkanlah cintamu kepada seseorang yang layak. Dan jika kamu mengkehendaki seseorang yang sempurna pada mata kamu, kamu haruslah menjadi soleh/solehah dahulu sebelum mendapatkan yang soleh/solehah.

 ..::MUSLIMAH SEJATI::..

Di bibirnya tiada nama lelaki,
Di bibir lelaki tiada namanya,
Dia tidak memandang,
Dan dia tidak suka memandang...

"I tell the boys and girls: Allah has already written the name of your spouses for you. What you need to work on is your relationship with Allah s.w.t. He will send her/him to you when you're ready. It is only a matter of time..." Sheikh Mamdouh


p/s: Akan tiba saat dan waktunya hati kamu akan resah gelisah. Tidur tak lena dan makan tak lalu. Dan bila tiba masanya, kamu harus terus menerus bergantung pada Allah agar diberi ketetapan hati, dipermudahkan urusan dan jalan bagi kamu.

Tanda makrifat adalah cinta. Siapa yang mengetahui Allah tentu mencintai-Nya. Adapun tanda cinta adalah tidak mementingkan sesuatu dari sekian banyak hal-hal yang dicintainya daripada Allah. Siapa yang lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya daripada cintanya kepada Allah, bererti hatinya sakit...

Katakanlah: "Aku mencintai Allah melebihi segala-galanya..."

Wallahualam.

No comments:

Post a Comment