Wednesday, December 22, 2010

Sua Rasa

Mendidik hati untuk terus mencari erti hidup menuju redha Ilahi begitu sukar. Kebiasaan menjadi habit yang susah dibendung. Seperti burung kecil yang dikurung oleh si tuan yang baik hati. Mahu meninggalkan sangkar yang lama tapi begitu payah.  Mungkin sangkar yang lama penuh dengan nikmat-nikmat yang melimpah ruah. Berada di luar belum tentu mendapat makanan, perlindungan dari hujan dan juga pemangsa-pemangsa  yang menanti . Lalu, kebebasan jadi taruhan. Hakikatnya keluar dari sangkar yang lama bakal mencatat sejuta pengalaman baru, melepaskan rantai berat yang selama ini melilit di kaki.

Sekuat manapun keazaman untuk berubah, kalau tidak diringi dengan mujahadah akhirnya akan tersungkur kembali. Justeru, perlunya mencari kekuatan diri. Bangun buat kali pertama memang mudah, tapi untuk bangun untuk sekian kali setelah berkali-kali terjatuh, suatu yang mebebankan. 

Melihat anak-anak itu, renungan kembali pada diri. Bukan merenung ke belakang tapi merenung masa depan yang tak pasti. Hanya Allah yang Maha Mengetahui, itu sudah pasti. Mampukah aku mendidik mereka, bakal rantai-rantai perjuanganku dengan baik. Memikirkan itu, aku semakin resah. Berdebar-debar menunggu siapa bakal pendampingku, siapa yang bakal memimpin aku dan permata hati menuju Syurga yang Abadi. Walau terasa diri tak layak….
“Ya Allah, jika aku jatuh cinta,…
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu” Ameen Ya Rabb..


Monday, November 29, 2010

Hukum meninggalkan solat kerana malas

Allah Ta’ala berfirman:

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ‏‎ ‎أَضَاعُوا الصَّلاةَ‏‎ ‎وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ‏‎ ‎فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya.” (QS. Maryam: 59)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut bahwa dia adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Lihat kitab Ash-Shalah karya Ibnu Al-Qayyim hal. 31)
Para menyatakan bahwa tatkala orang yang meninggalkan shalat berada di dasar neraka, maka ini menunjukkan kafirnya mereka. Karena dasar neraka bukanlah tempat seorang pelaku maksiat selama dia masih muslim.

Hal ini dipertegas dalam lanjutan ayatnya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” Ini menujukkan bahwa ketika mereka menyia-nyiakan shalat dengan cara meninggalkannya, maka mereka bukanlah orang yang beriman.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- telah bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ‏‎ ‎النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا‎ ‎أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ‏‎ ‎وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ‏‎ ‎اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ‏‎ ‎وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا‎ ‎فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا‎ ‎مِنِّي دِمَاءَهُمْ‏‎ ‎وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ‏‎ ‎الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ‏‎ ‎عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 75 dan Muslim no. 21)

Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ‏‎ ‎وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ‏‎ ‎تَرْكَ الصَّلَاةِ

“Sungguh yang memisahkan antara seorang laki-laki (baca: muslim) dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 82)

Asy-Syaukani berkata dalam Nailul Authar (1/403), “Hadits ini menunjukkan bahwa meninggalkan shalat termasuk dari perkara yang menyebabkan terjadinya kekafiran.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah juga menerangkan perbedaan antara kata ‘al-kufru’ (memakai ‘al’) dengan kata ‘kufrun’ (tanpa ‘al’). Dimana kata (yang memakai ‘al’/makrifah) bermakna kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama, sementara kata yang kedua (tanpa ‘al’/nakirah) bermakna kafir asghar yang tidak mengeluarkan dari agama. Sementara dalam hadits di atas dia memakai ‘al’. (lihat Iqtidha` Ash-Shirath Al-Mustaqim hal. 70)

Buraidah -radhiallahu anhu- berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا‎ ‎وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ‏‎ ‎تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. At-Tirmizi no. 2621, An-Nasai no. 459, Ibnu Majah no. 1069 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4143)

Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, “Yang dimaksud dengan kekafiran di sini adalah kekafiran yang menyebabkan keluar dari Islam, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan shalat sebagai batas pemisah antara orang orang mu’min dan orang orang kafir, dan hal ini bisa diketahui secara jelas bahwa aturan orang kafir tidak sama dengan aturan orang Islam. Karena itu, barang siapa yang tidak melaksanakan perjanjian ini maka dia termasuk golongan orang kafir.”

Dari Abdullah bin Syaqiq Al-Uqaili -rahimahullah- dia berkata:
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ‏‎ ‎صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ‏‎ ‎وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ شَيْئًا‎ ‎مِنْ الْأَعْمَالِ تَرْكُهُ‏‎ ‎كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ

“Para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpendapat mengenai sesuatu dari amal perbuatan yang mana meninggalkannya adalah suatu kekufuran melainkan shalat.” (HR. At-Tirmizi no. 2622)

Pembahasan:
Shalat mempunyai kedudukan yang besar dalam agama Islam, bahkan dia adalah tiang penegaknya yang tanpanya maka agama seseorang akan roboh dan hancur. Karenannya Allah Ta’ala dan Rasul-Nya -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memperingatkan akan bahayanya meninggalkan dan menyepelekan shalat, sampai-sampai Nabi -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa pemisah antara seorang muslim dengan kekafiran adalah ketika dia meninggalkan shalat.
Adapun masalah hukum orang yang meninggalkan shalat, maka ada beberapa masalah yang butuh dibahas:

Masalah Pertama: Hukum umum meninggalkan shalat.
Kaum muslimin sepakat bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat tanpa ada uzur syar’i maka sungguh dia telah terjatuh ke dalam suatu dosa yang sangat besar yang akan membahayakan kehidupannya di akhirat kelak.

Ibnu Al-Qayyim -rahimahullah- berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha hal. 7, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.”

Imam Ibnu Hazm -rahimahullah- juga berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Dinukil oleh Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair hal. 25)

Dan para juga telah bersepakat bahwa barangsiapa yang mengingkari wajibnya shalat lima waktu -misalnya dia meyakini sunnahnya shalat ashar- maka sungguh dia telah kafir keluar dari Islam, sama saja baik dia shalat maupun tidak. Karena keyakinan seperti ini termasuk kekafiran yang bersifat i’tiqadi (hati) di mana dia mengingkari kewajiban sebuah amalan yang telah diketahui wajibnya secara darurat (tanpa butuh dipelajari) dalam agama Islam ini.

Imam Asy-Syaukani berkata dalam Nailul Authar (1/403), “Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin akan kafirnya orang yang meninggalkan shalat (lima waktu) dalam keadaan dia mengingkari wajibnya.”

Masalah Kedua: Hukum meninggalkan shalat karena malas.

Setelah mereka bersepakat dalam masalah di atas, mereka kemudian berbeda pendapat dalam masalah orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja karena malas atau tanpa ada uzur syar’i, apakah itu merupakan perbuatan kekafiran akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama (jika syarat pengkafiran terpenuhi dan penghalangnya tidak ada) ataukah itu merupakan dosa yang sangat besar akan tetapi hanya merupakan kekafiran asghar (kecil) yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Ada dua pendapat besar di kalangan :

1. Meninggalkan shalat karena malas adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama. Ini adalah pendapat Imam Ahmad, Said bin Jubair, Asy-Sya’bi, An-Nakhai, Al Auzai, Ayyub As-Sakhtiyani, Ibnu Al-Mubarak, Ishaq bin Rahawaih, Al-Hakam bin Utaibah, Abu Daud Ath-Thayalisi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Zuhair bin Harb, Abdul Malik bin Hubaib dari kalangan Al-Malikiah, pendapat sebagian Asy-Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana yang dikatakan oleh Ath-Thahawi). Dan ini merupakan pendapat sebagian besar sahabat -bahkan sebagian ada yang menukil ijma’ berdasarkan sebagaimana dalam atsar Ibnu Syaqiq di atas-, di : Umar bin Al-Khaththab, Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Abu Ad-Darda`, Ali buin Abi Thalib, dan selainnya radhiallahu ‘anhum.

Ishaq bin Rahawaih rahimahullah, berkata, “Telah dinyatakan dalam hadits shahih dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir. Dan demikianlah pendapat yang dianut oleh para sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sekarang ini, bahwa orang yang sengaja meninggalkan shalat tanpa ada suatu halangan hingga keluar waktunya adalah kafir.”

2. Meninggalkan shalat karena malas adalah kekafiran asghar yang tidak mengeluarkan dari agama. Ini adalah pendapat Al-Hanafiah, Imam Malik, Ats-Tsauri, Asy-Syafi’i, salah salah satu pendapat Imam Ahmad, dan ini merupakan pendapat mayoritas .

Pendapat yang paling tepat adalah pendapat , dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Mandah dalam Al-Iman (1/362), Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah (2/683), Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Fatawa Kubra Al-Fiqhiah (2/32), Ibnu Al-Qayyim dalam kitab Ash-Shalah di mana beliau menukil ijma’ para sahabat akan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Dan dari kalangan masyaikh belakangan seperti: Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Ibnu Baz, Ibnu Al-Utsaimin, Muqbil bin Hadi, dan selainnya -rahimahumullah-. Di antara dalil mereka adalah semua dalil yang disebutkan di atas, dan di antara dalil lainnya adalah:

a. Allah Ta’ala berfirman,
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Ayat ini tegas menunjukkan bahwa orang yang tidak bertaubat dari kesyirikan, tidak mengerjakan shalat, dan tidak menunaikan zakat maka dia bukanlah saudara kita seislam, yakni dia adalah orang kafir. Hanya saja dikecualikan darinya zakat (yakni yang meninggalkannya tidak dihukumi kafir) berdasarkan hadits Abu Hurairah tatkala Nabi -alaihishshalatu wassalam-menyebutkan siksaan yang menimpa orang yang tidak mengeluarkan zakat, kemudian beliau bersabda:
ثُمَّ يَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا‎ ‎إِلىَ الْجَنَّةِ وَإِمَّا‎ ‎إِلىَ النَّارِ

“Kemudian (setelah dia disiksa, pent.) dia akan melihat jalannya, apakah menuju ke surga atau ke neraka.” (HR. Abu Daud no. 1414)

Hadits ini mengkhususkan makna ayat di atas, di mana hadits ini menunjukkan bahwa setelah orang yang tidak menunaikan zakat itu disiksa, maka dia akan diperlihatkan tujuan akhirnya, apakah ke dalam neraka ataukah surga. Sisi pendalilannya bahwa masih ada kemungkinan dia untuk masuk ke dalam surga, dan ini jelas menunjukkan tidak kafirnya dia.

b. Sabda Nabi -alaihishshalatu wassalam- akan tidak bolehnya memberontak kepada pemerintah kecuali dia telah melakukan kekafiran yang nyata. Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiallahu ‘anhu:
دَعَانَا رَسُوْلُ اللهِ  ‎فَبَايَعْنَاهُ ، فَكَانَ‏‎ ‎فِيْمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ‏‎ ‎بَايَعْنَا عَلَى السَّمْعِ‏‎ ‎وَالطَّاعَةِ فَيْ مَنْشَطِناَ‏‎ ‎وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِناَ‏‎ ‎وَيُسْرِنَا وَأَثْرَةٍ‏‎ ‎عَلَيْنَا ، وَأَنْ لاَ‏‎ ‎نُنَازِعَ الْأَمْـرَ أَهْلَهُ ،‏‎ ‎قَالَ : إِلاَّ أَنْ تَرَوْا‎ ‎كُفْرًا بَوَّاحًا عِنْدَكُمْ‏‎ ‎مِنَ اللهِ فِيْهِ بُرْهَان

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajak kami, dan kamipun membai’at beliau, di antara bai’at yang diminta dari kami ialah hendaklah kami membai’at untuk senantiasa patuh dan taat, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam kesulitan maupun kemudahan, dan mendahulukannya atas kepentingan dari kami, dan janganlah kami menentang orang yang telah terpilih dalam urusan (kepemimpinan) ini, sabda beliau, “Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang sangat jelas yang ada bukti kuatnya bagi kalian dari Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 6532 dan Muslim no. 3427)
Dan dalam hadits yang lain beliau melarang untuk mengkudeta pemerintah selama pemerintah itu masih mengerjakan shalat.

Diriwayatkan dalam shahih Muslim no. 3445, dari Ummu Salamah radliallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَتَكُوْنُ أُمَـرَاء ،‏‎ ‎فَتَعْرِفُوْنَ‏‎ ‎وَتُنْكِـرُوْنَ ، فَمَنْ عَرَفَ‏‎ ‎بَرَئَ، وَمَنْ أَنْكَـرَ‏‎ ‎سَلِمَ ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ‏‎ ‎وَتَابَعَ، قَالُوْا: أَفَلاَ‏‎ ‎نُقَاتِلُهُمْ ؟ قَالَ: لاَ مَا‎ ‎صَلُّوْا

“Kelak akan ada para pemimpin di mana kalian mengenal mereka akan tetapi kalian mengingkari perbuatan mereka. Barangsiapa yang mengetahui kemungkaran (lalu mengingarinya) maka dia telah bebas dari pertanggungjawaban, barangsiapa yang menolaknya maka dia juga selamat, akan tetapi (yang berdosa adalah) siapa yang rela dan mengikuti kemungkaran tersebut. Para sahabat bertanya, “Bolehkah kami memerangi mereka?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak boleh, selama mereka mengerjakan shalat.”

Maka ini menunjukkan bahwa meninggalkan shalat termasuk kekafiran yang sangat jelas, karena dia merupakan salah satu sebab akan bolehnya mengkudeta pemerintah, yakni jika mereka sudah tidak mengerjakan shalat.

Adapun dalil-dalil dari pendapat kedua, yaitu para yang tidak mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat, maka Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, “Siapapun yang memperhatikan dalil-dalil itu dengan seksama pasti akan menemukan bahwa dalil-dalil itu tidak keluar dari lima jenis dalil. Dan kesemuanya tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang dipergunakan oleh mereka yang berpendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir.”

Jenis pertama: Hadits-hadits tersebut dhaif dan tidak jelas.

Jenis kedua: Dalilnya shahih akan tetapi tidak ada sisi pendalilan pijakan pendapat yang mereka anut dalam masalah ini.

Jenis ketiga: Dalil-dalil umum, akan tetapi dia dikhususkan oleh hadits-hadits yang menunjukkan kekafiran orang yang meninggalkan shalat.

Jenis keempat: Dalil umum yang muqayyad (dibatasi) oleh suatu batasan yang tidak mungkin baginya meninggalkan shalat.

Jenis kelima: Dalil yang disebutkan secara muqayyad (dibatasi) oleh suatu kondisi alasan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat.

Lihat penjabaran dan contoh kelima jenis dalil ini dalam risalah Hukmu Tarik Ash-Shalah karya Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin -rahimahullah-.

Kesimpulan:
Meninggalkan shalat karena malas dan tanpa ada uzur syar’i adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam.

: Hukum bunuh bagi yang meninggalkan shalat.
Mengenai hukum bunuh bagi orang yang meninggalkan shalat karena malas, ada tiga pendapat di kalangan .

adalah bahwa dia harus dibunuh karena dia telah murtad keluar dari Islam. Ini adalah pendapat semua yang menyatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Mereka berdalil dengan sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-:
مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ‏‎ ‎فَاقْتُلُوهُ

“Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia!” (HR. Al-Bukhari no. 2794, 6411)

Pendapat kedua adalah yang menyatakan dia harus dibunuh, akan tetapi bukan karena dia kafir tapi sebagai hukum had sebagaimana yang terjadi pada pezina yang telah menikah, dia dibunuh dengan dirajam. Ini adalah pendapat semua yang tidak mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat, kecuali Abu Hanifah.

Pendapat yang ketiga adalah pendapat Abu Hanifah, di mana beliau menyatakan bahwa pelakunya cukup dikurung sampai dia mau kembali shalat dan dia tidak dibunuh.

Berdasarkan pendapat yang kuat pada masalah kedua sebelumnya, maka pendapat yang lebih tepat dalam masalah ini adalah pendapat yang pertama, yakni dia harus dibunuh karena dia telah murtad dari agamanya.

Catatan:
Yang melaksanakan hukum bunuh di sini adalah pemerintah atau yang mewakilinya, sebagaimana merekalah yang berhak menegakkan hukum-hukum had lainnya seperti rajam dan potong tangan bagi pencuri.

: Kapan seseorang dihukumi meninggalkan shalat.
Dalam masalah ini, secara umum ada dua pendapat besar di kalangan para yang menyatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena malas:

: Ibnu Hazm menyebutkan dalam Al-Muhalla (1/242), “Terdapat riwayat dari Umar, Muadz, Abdurrahman bin Auf, Abu Hurairah dan dari para sahabat yang lain, bahwa seorang yang sengaja meninggalkan shalat fardhu sekali saja hingga keluar waktunya telah kafir dan murtad.” Dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz -rahimahullah-.

Pendapat yang lain: Bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak dikafirkan kecuali meninggalkannya secara total, atau bersikukuh untuk meninggalkan walaupun setelah diancam untuk dibunuh. Ini adalah pendapat Imam Ahmad di mana beliau menyatakan mengenai hadits Jabir di atas bahwa yang dimaksudkan dengan meninggalkan shalat di situ adalah meninggalkan shalat selamanya.

Yang lebih tepat insya Allah pendapat yang paling terakhir. Ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyyah sebagaimana dalam Majmu` Al-Fatawa (7/219), Ibnul Qayyim dalam Ash-Shalah hal. 60, 82, Al-Mardawi dalam kitab Al-Inshaf (1/378), dan Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dalam Asy-Syarh Al-Mumti` (2/26). Jadi jika ada seseorang yang asalnya dia shalat hanya saja terkadang dia meninggalkannya karena malas, maka dia tetap dihukumi seorang muslim dan tidak dihukumi kafir, kecuali jika dia telah meninggalkan shalat secara menyeluruh, wallahu a’lam.

Sumber: al-atsariyyah.com

link 


Bertaubatlah, Selagi ada Kesempatan Waktu Buatmu

Apakah pendapat ustaz jika seseorang itu melakukan perkara maksiat/mungkar seperti mencuri, kemudian dia bertaubat. Tetapi dia melakukan lagi perkara itu, kemudian bertaubat lagi dan perkara ini terus berulang-ulang walaupun dia sungguh menyesal dengan perbuatan dia tetapi keimanannya tidak dapat melawan nafsunya untuk melakukan lagi perbuatan itu.

Taubat yang sempurna mestilah merangkumi perkara berikut:
1. Ikhlas ingin bertaubat.
2. Meninggalkan segala dosa.
3. Menyesali atas dosa yang dilakukan.
4. Tidak mengulangi lagi perbuatan maksiat yang pernah dilakukan.
Oleh itu, ini bermakna taubat saudara/ri sebelum ini tidak dikira sebagai taubat yang sebenar-benarnya. Jika ketiga-tiga perkara di atas dituruti, barulah taubat itu menjadi sempurna.

Jangan sesekali beputus asa untuk bertaubat w/pun telah beberapa kali melanggarnya..
Jadilah seperti org sakit yang sentiasa mengharapkan kesembuhan. 

PENGERTIAN TAUBAT
Taubat memberi pengertian kembali daripada apa-apa yang tercela di sisi syarak kepada apa-apa yang terpuji di sisinya.
ANTARA DALIL-DALIL TAUBAT
Firman Allah Taala bermaksud:
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung. (Surah an-Nur: ayat 31).
Firman Allah Taala bermaksud:
Mohonlah keampunan dari tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya. (Surah Hud: ayat 52).
Firman Allah Taala bermaksud:
Wahai orang-orang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (yang semurni-murninya). (Surah at-Tahrim: ayat 8).
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:
Wahai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah dan beristigfarlah kepadaNya sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali. (Riwayat Muslim).
HUKUM DAN SYARAT-SYARAT TAUBAT
 
Berkata Imam Nawawi:
Taubat daripada segala dosa adalah wajib. Sekiranya maksiat tersebut hanya di antara hamba dan Allah Taala iaitu tidak berhubungkait dengan hak-hak anak Adam maka terdapat tiga syarat:
- Meninggalkan maksiat.
- Menyesal dengan perlakuan tersebut.
- Berazam tidak akan mengulanginya lagi untuk selama-lamanya.

Sekiranya gugur salah satu daripada syarat tadi maka taubat tersebut tidak sah. Jika maksiat itu berkaitan dengan anak Adam maka syaratnya ada empat iaitu tiga yang disebutkan tadi dan keempatnya ialah pelepasan daripada tuan empunya. Jika harta atau sebagainya maka hendaklah dikembalikan kepada tuannya. Jika ia termasuk hak-hak anak Adam tidak kira apa jua seperti had menuduh atau seumpamanya maka hendaklah minta dihalalkan daripadanya. Dia juga wajib bertaubat daripada segala dosa.

Di antara syarat-syarat lain ialah meninggalkan kawan-kawan yang jahat serta menjauhkan diri daripada orang-orang yang fasik yang boleh menggalakkan seseorang itu melakukan maksiat dan menjauhkan daripada taat. Kemudian bergaullah dengan orang-orang yang baik lagi jujur.

Firman Allah Taala bermaksud:
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah daripada yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga datang ajal kepada seseorang di antara mereka barulah ia mengatakan: Sesungguhnya sekarang saya bertaubat. Dan tidak pula (diterima taubat) orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang itu sudah kami sediakan seksa yang pedih. (Surah an-Nisa: ayat 17 dan 18).
TAUBAT ORANG AWAM
Adapun ahli tasawuf bukan sahaja tertumpu kepada taubat daripada maksiat kerana pada pandangan mereka ia adalah taubat orang awam. Bahkan mereka bertaubat lebih dari itu iaitu bertaubat daripada semua perkara yang boleh menyibukkan hati dari mengingati Allah Taala setiap masa.
Berkata Dzun Nun al-Mishri iaitu seorang sufi yang agung:

Taubat orang awam adalah daripada segala dosa sementara taubat golongan khawas (gologan khusus yang hampir kepada Allah Taala) adalah dari kelalaian.
KISAH IKTIBAR

Kisah ini ada diriwayatkan di dalam sahih Muslim iaitu kisah pembunuh yang membunah seratus orang. Pembunuh itu diberi panduan dan jalan oleh seorang yang paling alim di zamannya bahawa Allah Taala akan menerima taubatnya. Orang alim tadi memberikan syarat kepadanya agar meninggalkan suasana persekitaran yang rosak kerana persekitaran di antara faktor besar yang menyebabkan dia melakukan kejahatan. Kemudian pembunuh itu pergi ke tempat yang di maksudkan. Di sana terdapat orang mukmin yang soleh agar dia mencintai orang-orang yang soleh serta dia dapat diberikan tunjuk ajar dari mereka.

PINTU TAUBAT MASIH DIBUKA

Sesungguhnya pintu taubat masih lagi terbuka kepada semua manusia sehinggalah matahari terbit dari arah barat. Maka bersegeralah kita semua untuk bertaubat kepadaNya sebelum terlambat.

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:

Sesungguhnya Allah membuka tanganNya pada malam hari supaya orang yang melakukan kejahatan pada siang hari bertaubat dan Dia membuka tanganNya di siang hari supaya yang melakukan kejahatan pada malam hari bertaubat hingga matahari terbit dari barat. (Riwayat Muslim).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:

Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seorang yang kehilangan bekal bersama untanya di sebuah padang yang tandus kemudian dia mendapatkannya kembali unta itu. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

PENUTUP

Sebagai hambaNya yang amat lemah adalah kita dituntut supaya sentiasa bertaubat di atas segala dosa yang pernah kita kerjakan. Contohilah Rasulullah S.A.W. yang sentiasa bertaubat kepada Allah Taala walaupun baginda seorang yang maksum. Jadi marilah kita memperbanyakkan taubat dengan taubat nasuha agar hati kita sentiasa suci bersih dari sebarang kekotoran dan kejahatan yang boleh menyebabkan hati menjadi lalai dari mengingatiNya.

‘Memberi dan Berbakti’

Wallahualam.

Sumber : link



XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Salam, ingin ditegaskan tidak ada satu taubat pun yang tidak diampunkan oleh Allah kerana taubat itu bermaksud penyesalan manakala Istighfar itu bermaksud meminta ampun di atas taubat. Contonya jika kita baru sahaja menonton video lucah, kemudia kita menyesal menontonnya, ia juga dikira taubat. Sebab apa kita menyesal? Sebab menyesal itu lahir atas anggapan telah membuat hal dosa dan kita tau perkara itu Allah haramkan. Barulah timbulnya penyesalan itu.

Bilakan masanya taubat diterima?

Sabda Nabi: "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawa belum sampai ke halkumnya" (Riwayat al- Tirmizi, Hadith Hasan)


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Firman Allah dengan penuh syahdu dalam surah al-Zumar ayat 53: (maksudnya), Katakanlah: Wahai hamba- hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan SEGALA dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
BAGAIMANA KALAU DAH BERTAUBAT TAPI BUAT BALIK?

Dalam hadis Qudsi Nabi SAW bersabda: Seorang telah melakukan satu dosa, lalu dia berkata: Wahai Tuhanku ampunilah dosaku. Lalu Allah azza wa jalla berfirman: Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya – dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya. Kemudian dia kembali melakukan dosa yang lain, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya Tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya-dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya. Lalu dia melakukan dosa sekali lagi, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: Hamba-Ku melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya, maka aku ampunkan hamba-Ku in, buatlah apa yang kau mahu Aku ampunkan engkau. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

HADITH INI DIKUATKAN LAGI OLEH SURAH AL-ZUMAR YANG SAYA BERIKAN SEBELUM INI. LIHAT PERKATAAN YANG SAYA MERAHKAN BERBUNYI " JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH". DAN SAYA BELUM JUMPA LAGI MUHADDITH YANG MENDHAIFKAN HADITH RIWAYAT BUKHARI DAN MUSLIM ITU.

Hadis ini bukanlah menggalakkan manusia melakukan dosa, tetapi menceritakan hal seorang hamba yang bertaubat bersungguh-sungguh namun gagal mengawal dirinya lalu tetap terjatuh ke dalam dosa. Setiap kali berdosa, dia ikhlas memohon keampunan dan dia tetap diampun oleh Allah s.w.t.

Hadis ini memberikan semangat kepada mereka yang telah bersalah berulang kali untuk terus bertaubat bukan berputus asa dan terus mengikut jejak langkah syaitan. Walaupun barangkali orang lain akan menyebut kepadanya “tidak guna kau bertaubat, sudah berapa kali kau tetap gagal kekal atas taubatmu”, namun Allah tidak berkata demikian. Dia Yang Maha Pengampun tetap membuka pintu selagi hamba-Nya itu jujur dan ikhlas merintih kepada-Nya.

PINTU TAUBAT ITU LUAS DAN ALLAH FAHAM TENTANG PERMASALAHAN HAMBANYA DALAM HAL TAUBAT. WALLAHUA'LAM

Sebenarnya taubat diterima walaupun tidak dihukum dan Islam lebih menganjurkan taubat dari hukuman. Kerana ini banyak kes di Mahkamah Islam akan gugur dengan Taubat. Terdapat pelbagai dalil yang menunjukkan BETAPA MURNINYA AGAMA ISLAM INI.

Kita disuruh untuk menutup aib yang telah kita lakukan dari pengetahuan Umum sepertimana hadith berikut yang bercanggahan dengan cadangan ald kamil yang dikasihi:

“Wahai Rasulullah, aku mengubati seorang wanita di hujung bandar. Aku telah melakukan kepadanya (seks), cuma aku tidak menyetubuhinya. Inilah aku, maka hukumlah aku apa yang engkau mahu.”

Lalu ‘Umar (Ibn Khattab) berkata kepadanya:

“Allah telah tutupi keaibanmu jika engkau menutupi dirimu”.


Nabi saw tidak berkata apa-apa. Lalu lelaki itu bangun dan pergi. Nabi saw menyuruh seorang lelaki memanggilnya dan membaca kepadanya firman Allah (maksudnya)

Dan dirikanlah sembahyang pada dua bahagian siang (pagi dan petang), dan pada waktu-waktu yang berhampiran dengannya dari malam. Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan kejahatan. Perintah-perintah Allah yang demikian adalah menjadi peringatan bagi orang-orang yang mahu beringat” (Surah Hud ayat 114).
Maka ada seorang bertanya:

“Wahai Nabi Allah, ini khas untuknya sahajakah?

Jawab Nabi saw:

“Bahkan untuk manusia keseluruhannya”.


(RIWAYAT IMAM MUSLIM)

Terdapat banyak bukti bahawa Islam itu TIDAK CENDERUNG untuk menghukum:

Rasulullah bersabda"Tolaklah hudud itu dari kaum Muslimin semampu kamu, jika kamu mendapatkan jalan keluar untuk seorang Muslim maka lepaskanlah jalannya, sesungguhnya apabila seorang imam salah dalam memaafkan, itu lebih baik daripada salah dalam menghukum." (HR. Hakim) (Ini saya rujuk dalam min fiqiddaulah- Dr Yusuf Qardawi)

Abu Daud telah meriwayatkan dalam bab "Seseorang yang mengaku dengan hukuman dan tidak menyebutkan namanya." Dari Abi Umamah, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat (sesuatu) yang harus dihukum, maka hukumlah aku." Nabi bersabda, "Apakah kamu berwudhu ketika kamu datang (ke mari)," laki-laki itu menjawab, "Ya," Nabi bersabda, "Apakah kamu solat bersama kami ketika kami solat?" Orang itu berkata, "Ya," Nabi bersabda, "Pergilah, sesungguhnya Allah SWT telah memaafkan kamu." (HR. Muslim, Abu Daud dan Nasa'i).(Ini saya rujuk dalam min fiquddaulah- Dr Yusuf Qardawi)

HADITH ABU DAUD INI DISOKONG OLEH HADITH MUSLIM PERTAMA YANG SAYA BERIKAN TADI YANG MENUNJUKKAN SURUHAN SOLAT OLEH NABI DAN SOLAT YANG DIMAKSUDKAN ITU ADALAH SOLAT FARDU 5 WAKTU.

Dengan hujah yang saya susun ini bolehlah digunakan untuk menyangkal tuduhan agama lain bahawa Islam agama yang ketat dan mudah mendapat dosa. Sebenarnya tidak ada agama lain yang paling mudah mendapat mengampunan melainkan Islam. contohnya:

1) Agama Kristian Katolik perlu ke gereja dan meminta supaya father mengampunkan dosanya dengan memberi bayaran itu ini.

2) Agama hindu perlu cucuk sana cucuk sini dan menahan dari makan daging (juga dalam buddha) untuk penghapusan dosa dan penyucian diri

3) Minta ampun di mana anda berada dan anda akan diampunkan.

Akhir kata janganlah kita menutup pintu taubat dan menyusah-nyusahkan hukum sedangkan Allah Azzawajalla memberi banyak rahmat dan peluang kepada hambanya . Kata-kata ustaz perlu dinilai dari segi dalil dan bukannya emosi. Wallahua'lam.
 
Sumber : link

Sunday, November 28, 2010

Siapa Rumaisa?

Saya tertarik mendengar kisahnya. Serikandi yang bisa dijadikan inspirasi oleh setiap muslimah....
 XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Rumaisa
Namanya Rumaisa, kuniyyahnya Ummu Sulaim binti Salman An-Najjari. Mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Rasululllah. Abang beliau adalah Haram bin Salman, salah seorang daripada 70 qurra’, yang ditipu oleh orang Quraish di Telaga Ma’unah. Kakaknya Ummu Haram binti Salman, isteri kepada Ubadah bin Samit.
            Perkahwinan
Pada zaman Jahiliah, beliau mengahwini Malik Bin Nadhr An-Najjari dan melahirkan Anas. Apabila datangnya Islam, beliau lalu memeluk Islam dan tergolong di antara kalangan Ansar yang terawal memeluk Islam, dan memulakan tugasnya sebagai seorang mukminah dalam menyampaikan Islam. Malangnya, suaminya tidak menerima seruan Islam dan kekal di dalam Jahiliah, malah memarahinya lalu meninggalkannya dan melarikan diri ke Syam.
            Ummu Sulaim berkata: Saya tidak akan berkahwin lagi sehinggalah Anas besar. Tentang ini Anas pernah berkata: Semoga Allah memberi balasan yang baik kepada ibuku, kerana telah menjagaku dengan baik.
            Abu Thalhah telah melamar beliau, dan pada ketika itu dia masih dalam keadaan mushrik. Dia lalu berkata kepada Ummu Sulaim: Aku telah berbincang dengan Anas. Beliau berkata kepada Abu Thalhah: Wahai Abu Thalhah, aku mempunyai keinginan sebagaimana keinginanmu… tetapi engkau adalah seorang lelaki yang kafir, dan aku seorang wanita muslimah, maka aku tidak boleh mengahwinimu. Abu Thalhah lalu bertanya dengan kehairanan: Apakah kau tidak mahukan emas dan perak? (kekayaan).
            Beliau lalu menjawab dangan yakin dan thiqah: Aku tidak menginginkan emas ataupun perak, engkau adalah seorang lelaki yang menyembah sesuatu yang tidak boleh mendengar, tidak boleh melihat, dan tidak boleh memberikan apa-apa manfaat atau mudharat… tidakkah engkau merasa malu wahai Abu Thalhah –menyembah kayu yang asalnya dari bumi dan diukir oleh tukang kayu dari bani fulan? Sekiranya engkau memeluk Islam, maka itu adalah mahar bagiku, aku tidak menginginkan mahar lain.
            Maka Abu Thalhah terus bertemu dengan Rasulullah yang ketika itu sedang duduk dengan sahabat-sahabat baginda lalu mengislamkan beliau.
            Begitulah mulianya seorang wanita Islam yang menetapkan mahar dirinya dengan Islamnya bakal suaminya. Thabit Al-Bannani berkata ketika meriwayatkan hadith mengenai pernikahannya: Kami tidak pernah mendengar mahar semulia itu, beliau redha menjadikan Islam sebagai mahar beliau!
            Ummu Sulaim dan Abu Thalhah hidup dengan kerukunan dan aman, dan mereka dikurniakan seorang anak lelaki yang diberi nama Abu Umair.Allah ingin menguji pasangan tersebut dengan anak tersebut,dan menjadikan Ummu Sulaim sebagai seorang wanita yang mengukir sejarah yang sangat hebat dan mengagumkan. Allah menguji Ummu Sulaim dengan sakitnya anaknya itu dengan sakit yang amat sangat dan membuatkan Abu Thalhah merasa sangat sedih. Suatu ketika, ketika Abu Thalhah tiada di rumah, Allah telah mengambil nyawa Abu Umair. Ummu Sulaim lalu memandikannya, mengkafankannya dan menguruskan urusan-urusannya, kemudian beliau lalu mengutuskan Anas untuk memanggil Abu Thalhah, dan berpesan pada Anas agar tidak memberitahu hal kematian anaknya, sehingga beliau sendiri yang memberitahu Abu Thalhah. Abu Thalhah lalu datang dan bertanya: Bagaimana keadaan anak kita? Ummu Sulaim menjawab: Beliau dalam keadaan tenang, dan aku berharap dia dapat berehat.
            Abu Thalhah menyangka bahawa anaknya telah sihat, Maka beliau makan malam. Apabila malam tiba, Ummu Sulaim berhias untuk suaminya dengan sesempurna mungkin, lalu bermalam bersama suaminya. Pada paginya setelah Abu Thalhah mandi dan ingin keluar dari rumah, Ummu Sulaim berkata: Wahai Abu Thalhah..apa pandanganmu sekiranya sesuatu kaum meminjamkan kepada jirannya sesuatu, dan kemudiannya memintanya semula, apakah jirannya itu mempunyai hak untuk tidak memulangkannya?Abu Thalhah menjawab: Tidak, kerana barang itu adalah hak tuannya.Ummu Sulaim lalu berkata: Sesungguhnya Allah telah meminjamkan kepada kita anak kita, kemudian mengambilnya semula, maka dia adalah milik Allah. Abu Thalhah berkata: Inna Lillah wa inna ilaihi Raajiun,kamu membiarkan aku sehingga selesai malam tadi kemudian kamu memberitahuku tentang anakku?
            Beliau lalu pergi bertemu dengan Rasulullah, bersembahyang dengan Baginda dan menceritakan kepada baginda. Rasulullah lalu bersabda: Semoga Allah memberkati malam kamu berdua tadi. Allah memperkenankan doa Rasulullah dan hasil dari malam tersebut lahirlah Abdullah bin Abu Thalhah, ayah kepada Ishak bin Abdullah (seorang yang fakih)dan  9 adik beradiknya yang lain, yang kesemuanya adalah orang yang berilmu dan memelihara Al-Quran.
            Keibuan
            Kisah ini menggambarkan seorang ibu contoh ketika kehilangan anaknya. Sekarang mari kita lihat kisah beliau ketika kehilangan suaminya. Ketika beliau berpisah dengan Malik bin Nadhr, dan Anas ditinggalkan ketika masih kanak-kanak, Ummu Sulaim tidak mahu mengahwini lelaki lain. Ketika beliau menerima Abu Talhah sebagai suaminya, beliau berkata kepada Anas: Bangun wahai Anas dan kahwinkan aku dengan Abu Thalhah  dan Anas adalah wali beliau.
            Anas telah hidup bersama-sama dengan Rasulullah dan menjadi khadam baginda selama sepuluh tahun, dan telah merakamkan hidup baginda, kata-kata baginda, perbuatan-perbuatan dan akhlak baginda. Anas berkata mengenai kisah ini: Rasulullah tiba di Madinah dan ketika itu aku berumur 10 tahun, ibuku lalu memegang tanganku, dan membawaku kepada Rasulullah lalu berkata: Wahai Rasulullah… setiap lelaki dan perempuan daripada Ansar telah memberi kepadamu pemberian-pemberian mereka, namun aku tidak mampu untuk memberikan apa-apa padamu kecuali anakku ini, maka ambillah dia sebagai khadam. Maka aku telah berkhidmat kepada Baginda selama 10 tahun, dan baginda tidak pernah memukulku, dan tidak pernah menyakitiku.
            Muslimah
            Beliau adalah seorang yang sangat cintakan Rasulullah. Anas berkata: Kami bertemu dengan Rasulullah yang ketika itu sedang berqailulah dan berpeluh. Maka Ummu Sulaim mengesat peluh baginda, lalu baginda terjaga dari tidurnya dan berkata: Wahai Ummu Sulaim,.. apa yang kau buat? Ummu Sulaim menjawab: Ini peluhmu, kami akan menjadikannya wangian kerana ia adalah wangian yang terwangi baunya.
            Beliau terlibat bersama-sama Rasulullah dalam peperangan dengan menjalankan tugas berkhidmat kepada para mujahidin, memberi minum, merawat yang sakit, memindahkan yang terbunuh. Dan sekiranya perlu bertukar kepada posisi memegang senjata, beliau akan bertukar menjadi seorang pejuang yang berani dalam menghadapi musuh-musuh Allah.

Sumber:  link 

Bicara Hati 2

Manusia itu makhluk yang lemah 
Sekuat-kuat perwira pun ada kelemahan yang tersendiri
Peter Parker lemah dalam cinta dan persahabatannya
Begitu juga Julius Caeser, Hercules dan wira-wira lain yang pernah kamu temui
Kelemahan terletak dalam diri sendiri....jauh tersorok di lubuk hati
Kerana itu, kita tak dapat menilai
Kuatnya orang itu, lemahnya orang ini
Bisa terjadi
Kamu tak dapat mengerti
Mengapa bila kamu bersendiri, 
si syaitan bertopengkan NAFSU
Perlahan-lahan menusuk HATI kamu yang lemah
Tanpa kamu sedari
Kamu sudah terjerumus!!
Terjerumus ke lembah kehinaan
Pada mata orang lain, kamu sempurna
Tapi sebenarnya tidak
Pada mata kamu sendiri, kamu hina, selemah-lemah makhluk
Kamu harus akui akan fitrah kamu
Hamba yang punya kelemahan

Dengan fitrah kamu itu
Kamu tidak boleh sewenang-wenangnya
Pergunakankannya untuk meredakan keresahan di jiwa
Jangan mencari kelemahan 
Biar kelemahan datang sendiri kepada kamu
Dan bila kelemahan datang, kamu tidak boleh biarkannya menguasai diri
Kamu harus elak, tepis, ketepikan, buang jauh-jauh 
ZIKIR pendinding terbaik
Dengan berzikir kamu jadi tenang
Hati dan jiwa kamu tenang
Sebab kamu dekat denganNYA 

Tetapi bila saat kamu lemah, IMAN jadi goyah
Saat itu boleh jadi syaitan berjaya menghasut kamu
Menjerumus kamu bersama mereka
Menghasut kamu untuk
Bersama-sama mereka ke NERAKA
Kamu jadi keliru...keliru dengan diri kamu sendiri
Kamu ingin mengelak jauh-jauh
Kamu sebenarnya sudah terpedaya
Diperdayakan oleh syaitan Laknatullah

Masih belum terlambat
Untuk kamu merasai kenikmatan sebagai hamba
Hamba yang BERSYUKUR dengan semua kenikmatan yang ada
Pintu TAUBAT sentiasa terbuka
Hidayah ALLAH ada dimana-mana
Lapangkan ruang di hati kamu
Untuk terima cahaya petunjuk ILAHI
Selagi ada waktu
Kamu tidak boleh berlengah
Masa tidak akan menuggu kamu
Begitu juga MAUT tidak akan menunggu kamu untuk bertaubat
Selagi kamu bernafas, jangan lepaskan peluang
Perbaiki hubungan kamu
Dengan ALLAH SWT

Semoga kamu berjaya
Mendapat redha Ilahi
Keberkatan, petunjuk dan hidayahNYA
Yang sememangnya itulah
Matlamat yang ingin kamu kecapi
Di daerah yang sementara ini



Hamba yang lemah,
3.09 a.m

Bicara Hati 1

    
     Sejak kebelakangan ini, hujan asyik turun, malam dan petang. Saya tak maksudkan yang saya tak suka hujan....saya suka hujan...hujan mengingatkan saya kepada sesuatu. Apa yang patut saya buat, apa yang patut saya lakukan, apa yang saya sepatutnya buat hari-hari yang mendatang. Bersyukur! Ya, hujan mengingatkan saya untuk bersyukur dengan segala nikmat yang Pemilik saya berikan selama ini. Kadang-kadang saya terlupa. Nasib manusia yang berlainan negara dengan saya. Ada yang kebuluran, kepanasan, kehausan, kesakitan dan macam-macam lagi. Tapi saya sangat bertuah...duduk dalam negara yang harmoni, tiada keganasan, tiada masalah makanan, tiada peperangan/perang saudara....semua ada!!!Apa yang saya mahu lagi? Saya sepatutnya bersyukur...setiap detik dan waktu...bangun sepertiga malam untuk menzahirkan rasa kesyukuran kepada Allah. Tidakkah saya fahami?
"Sesunguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal"
(Surah Luqman:34)
Sama-sama mencari jalan kepadaNya..Seandainya tersesat..segera kembali kepadaNya..
Mari berubah daripada kegelapan kepada cahaya..
Mari berusaha menjadi kepada yang lebih baik..dan terbaik hanya untukNya..

WAHAI HATI, TENANGLAH... DAN TUMBUH SUBURLAH...

SEGALA NIKMAT ALLAH, HARGAILAH SEBAIKNYA...




~Mujahadah itu payah kerana syurga itu indah~




28 November 2010
12.30 a.m

Tuesday, November 23, 2010

Penyakit Utama Dalam Diri

  

“Dah lama aku nak buat keje tu, tapi tak terbuat-buat....takde mood nak buat”
“Keje tu senang je…nantilah aku buat, nak buat bende lain dulu”
“Orang lain ade, biarlah dorang yang buat, aku taknak terlibat pun“

Alahai....kalau begitu gayanya, tak ke mana lah keje tu. Beban keje bertambah, kepala kusut, masalah tak selesai sebab terlalu ikutkan si “pemalas“ yang terlalu lama membuat sarang di kepala. Keje yang mudah dan simple dibiarkan terlalu lama untuk buat, las-las hati tak tenteram, kepala serabut dan bila orang lain mula mempersoalkan keje yang sepatutnya kita lakukan....habuk pun tak nampak.

Semua orang pernah mengalami situasi yang sama. Setuju? Semua orang pun pernah berusaha untuk mengelak penyakit malas ni, yang sememangnya sebati dalam diri. Ada orang yang berjaya mengatasinya, ada yang hampir berjaya dan ada orang yang tak mampu nak atasi sebab terlalu banyak sebab musabab yang sengaja diwujudkan jadi benda yang sama akan berlaku berulang kali: kerja tak berjalan sebab selalu bertangguh sebab takde mood sebab malas sebab takde semangat nak buat keje. Jadi, punca sebenarnya kerja tak siap?

Beza antara orang yang malas dan orang yang tak? Cuba fikir sekejap....Ya! Awak bijak sebab dapat membezakan antara keduanya.

Di bawah ini, saya kongsikan sebahagian dari apa yang saya baca dari ilmuan lain. Moga memberi manfaat...
 
 XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
 
Apa pun bentuk malas yang ada, hakikatnya malas bukan satu ajaran Islam. Malas menurut al-Quran adalah attitude orang munafiqin. Firman Allah Taala [al-Nisa’ : 140] :
Maksudnya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu melakukan tipu daya (terhadap ugama) Allah (dengan perbuatan pura-pura beriman sedang mereka kafir pada batinnya), dan Allah pula tetap membalas tipu daya mereka (dengan membiarkan mereka dalam keadaan munafik). mereka pula apabila berdiri hendak sembahyang, mereka berdiri dengan malas. mereka (hanya bertujuan) riak (memperlihatkan sembahyangnya) kepada manusia (supaya disangka bahawa mereka orang yang beriman), dan mereka pula tidak mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang) melainkan sedikit sekali (jarang-jarang).
Ibn Kathir menafsirkan ayat di atas : “Ini adalah sifat orang munafikin dalam amalan paling baik da paling mulia iaitu solat. Apabila mereka hendak solat, mereka solat dengan malas kerana mereka tiada niat, tidak beriman dengannya, tidak takut (khashyah) dan tidak memahami maksud solat”.
Oleh itu, jika anda ada sikap malas, cepat-cepat buangkannya kerana ia sifat orang munafik. Orang yang munafik ialah orang yang cuba menipu Allah Taala. Tetapi, bagaimanakah cara hendak buangkan sikap malas? Saya cuba bawakan beberapa kaedah menghilangkan rasa malas menurut al-Quran dan al-Sunnah.

Pertama : Doa dan perbanyakkan doa

Gunalah senjata utama orang mukmin iaitu doa. Tokoh terkenal, Ibn Qayyim dalam karya beliau al-jawab al-kafi li man sa’ala an al-dawa’ al-shafi, menjelaskan ubat pertama dan kedua untuk mengubati jiwa mukmin ialah berdoa dan bersungguh-sungguh dalam doa.

Doa ialan ubat paling mujarab dan bermanfaat untuk mengubati semua bentuk ujian dan penyakit. Antara doa yang diajar oleh baginda s.a.w ialah :

اللهم إني أعوذ بك من الهرم والحزن، والعجز والكسل، والبخل والجبن، وغلبة الدين، وقهر الرجال

Maksudnya : “Ya Allah, aku berlindung denganMu dari penyakit tua dan kesedihan, dari lemah dan malas, dari bakhil dan penakut, dan kalah dengan hutang dan kekuatan lelaki”. [al-Bukhari]
Antara doa Nabi juga :

اللهم إني أسألك الثبات في الأمر، والعزيمة على الرشد

Maksudnya : “Ya Allah, aku memohon dariMu ketetapan dalam urusan kerja dan keazaman atas hidayat”.

Semuanya menunjukkan bahawa doa yang dapat menghalang sikap malas seseorang. Kalaulah Nabi boleh berdoa sebegini, inikan pula kita umatnya. Wajiblah kita mencontohi Rasulullah s.a.w. dalam semua sunnahnya.

Kedua : Lawanlah syaitan dan nafsu

Malas sebenarnya berpunca dari syaitan. Syaitan melatih nafsu manusia agar menjadi malas sama ada malas beribadat atau malas menunaikan tanggungjawab dan amanah yang dipikul.Tidakkah kita pernah mendengar hadis Nabi s.a.w. :

يعقد الشيطان على قافية رأس أحدكم إذا هو نام ثلاث عقد يضرب مكان كل عقدة عليك ليل طويل فارقد فإن استيقظ فذكر الله انحلت عقدة
فإن توضأ انحلت عقدة فإن صلى انحلت عقدة فأصبح نشيطا طيب النفس وإلا أصبح خبيث النفس كسلان

Maksudnya : “Syaitan mengikat atas belakang kepala seseorang kamu ketika ia tidur sebanyak tiga ikatan. Sambil syaitan berkata pada setiap ikatan, ‘malam masih panjang maka tidurlah’. Apabila seseorang kamu terjaga dari tidur, lalu menyebut nama Allah nescaya akan terlerai satu ikatan. Jika ia mengambil wuduk nescaya terlerai satu ikatan lagi dan sekiranya ia solat nescaya terlerailah semua ikatan. Maka ia bangun waktu pagi dalam keadaan rajin cergas serta baik hatinya. Jika ia tidak (melakukan begitu), nescaya ia bangun pagi dalam keadaan buruk jiwanya sambil rasa malas”.

Hadis ini menunjukkan bagaimana kita perlu mencegah malas dengan cara yang diajar oleh Nabi s.a.w. Malas itu puncanya datang dari syaitan. Sememangnya syaitan sentiasa mencuba untuk menipu daya dan menyebabkan manusia lalai dari perintah Allah Taala.

Ketiga : Carilah ilmu

Saya akhiri tulisan kali ini, dengan kaedah ketiga untuk menghapuskan sikap malas. Iaitu timbalah ilmu sebanyak mungkin. Dengan ilmulah seseorang itu menjadi orang yang rajin dan cergas dalam hidupnya. Sebagai contoh, ilmu tentang fadilat dan kelebihan ibadat, menyebabkan seseorang rajin beribadat dengan syarat adanya keyakinan yang kuat tentang apa yang dipelajari. Oleh itu, orang yang mempunyai ilmu berkenaan fadilat solat jemaah, sangat rajin mengerjakan solat jemaah. Orang yang mempunyai ilmu tentang kelebihan dan fadilat solat Duha, akan menjadi rajin dan cergas untuk melaksanakannya.
 Sebab itu, Rasulullah s.a.w. bersabda :

أثقل الصلاة على المنافقين صلاة العشاء وصلاة الفجر، ولو يعلمون ما فيهما لأتوهما ولو حبواً

Maksudnya : “Solat paling berat bagi orang munafiqin ialah solat isyak dan subuh. Sekiranya mereka mengetahui apakah (ganjaran) yang ada pada kedua-duanya, nescaya mereka akan datang bersolat walaupun dalam keadaan merangkak”.

Lihat kepada kata-kata Nabi : “Sekiranya mereka mengetahui apakah ganjaran”, menunjukkan pentingnya ilmu tentang kelebihan dan fadilat sesuatu ibabdat, kerana ia membantu anda menjadi rajin dan cergas dalam melakukannya.

Source: http://albaruhiyy.wordpress.com/2010/01/25/ubat-kepada-malas-menurut-islam/

 XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

 "Malas, malas, malas...."ulang perkataan ni banyak kali dalam hati. Tarik nafas panjang-panjang sambil bertekad dan berazam dalam diri "Aku tak mahu malas lagi". Niatkan hanya semata-mata kerana Allah yang masih memberikan kita nikmat nyawa dan kesempatan waktu dan pelbagai nikmat lagi. Hembus nafas perlahan-lahan....."Ya!Aku mesti berubah! Buang jauh-jauh si "malas" itu dari otak.

Akhirnya, sama-samalah kita muhasabah diri balik. Janganlah jadi pengikut syaitan dan nafsu, tetapi jadilah pengikut iman dan akal. Hanya diri kamu sendiri yang mampu melakukannya (peringatan buat diri sendiri semestinya)



“Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, ia beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin, ia merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, ia celaka”

Mahu menjadi orang celaka atau merugi? Tentu tidak, kan? Kesedaran yang muncul bahawa kemalasan itu tidak baik merupakan modal yang berharga. Kesedaran telah muncul...tinggal sekarang bagaimana merealisasikan kesedaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Kita takkan pernah sukses dengan kemalasan tanpa kerja keras. 


Wallahualam.

Ukhti Sayang...Menangislah...


Salam. Sham, mana satu patut akak pegang,

"Senyumlah walaupun dalam kesusahan, kerana ia dapat menyenangkan org ramai, w/pun ht kte pdih.."

"Skiranya xmampu tersenyum, jangan paksa diri kita tersenyum..tidak mengapa sekali sekala menzahirkan kelukaan pd diri"

"Senyumlah ketika bersama manusia, dan menangislah dihadapan ALLAH ketika merayu2..nescaya akan kau temui suatu kekuatan dlm diri"

akak pn x pasti mcm mne..
 tp, kalau bebanan 2 berat pd kite, xde masalah nk citerkan pd shbt2 kite..
 dan percayalah, air mata itu penawar, bukan ketawa..
 ok dear..

     Syukran ya ukhti sbb da bagi kata-kata yang boleh mengubtkn hati yang lara dulu (ehem2). Saya masih simpan lg kte2 yang ukhti bg lame dulu. Ringkas tp penuh pengertian. Kata-kata yang pendek tapi boleh buatkn otak memikir beribu2 persoalan dan jawapan yang pelbagai. Saya bkn nak fokuskan pada diri saya tapi sekadar nak sharing tentang “mengapa mesti menangis?” Mungkin ramai yang pelik bila dengar soalan ini. Manusia kalau tak menangis ertinya? Tak normal lah tu. Tp ade ke orang yang tak menangis dalam dunia ni? Mungkin 1 dalam sejuta barangkali…but...impossible...[fakta dalam sains: Kita bila dah keluar dari rahim ibu automatik akan menangis sebgai petanda kita bernyawa...betul kan?]

    Teringat  waktu zaman dulu-dulu. Zmn remaja, budak2 sekolah dulu, saya sering kuatkan, tabahkan hati spy tak nangis bila ade masalah..sebab nak jdkn diri ni seorang yang tabah, tak mudah kecil hati (kononnye) tapi tanggapan itu salah. Semakin dipendam rasa hati, semakin kuat hati meronta-ronta mintak perhatian. Mungkin juga mase tu pergantungan diri pada Allah tidak kuat, kawan-kawan pun takde yang ambil berat..nafsi-nafsi (sendiri-sendiri, engkau-engkau, aku-aku). Dugaan mase dulu tak lah sehebat mana pun. Sekadar yang ringan-ringan je (hal sekolah, kawan2, dormmate, stady, exam…)

    Pelik bila melihat sahabat menangis bila menonton drama dalam tv, bertambah pelik bila ade juga sahabat yang menangis bila mendengar lagu. Sampaikan saya sendiri pelik kenapa kawan2 yang lain menangis smpi bengkak2 mata. (dahsyat, jgn tak percaya, ada je yg spesies cmtu). Hakikatnya memang begini…orang yang kurang menangis maknenye hati dia keras….sombong nak mengadu nasib pada Tuhan.

 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx


مَا مِنْ شَيْئٍ إِلاَّ وَ لَهُ كَيْلٌ أَوْ وَزْنٌ إِلاَّ
الدُّمُوْعَ، فَإِنَّ الْقَطْرَةَ مِنْهَا تُطْفِئُ بِحَارًا مِنْ
نَارٍ


Imam Ja’far ash-Shâdiq as berkata, “Segala sesuatu (di dunia ini) pasti memiliki timbangan dan takaran kecuali air mata, karana satu titis darinya dapat memadamkan lautan api”.(Bihârul Anwâr, jilid 93, hal.
331, Hadis No.14)

Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti pernah menangis. Bahkan,petanda bahwa seorang bayi yang baru lahir itu hidup adalah tangisannya setelah ia keluar dari perut ibunya.Oleh karena itu, orang-orang yang menangani kelahiran seorang bayi ketika tidak mendengarkan tangisannya,mereka akan merasa khawatir akan hidupnya.

Orang-orang yang menangis itu pun memiliki faktor yang beraneka ragam.Kadang-kadang faktor pendorongnya untuk menangis adalah kehilanganharta, putranya meninggal dunia,penyesalan atas dosa-dosa yang pernahdilakukannya, dan sekeranjang factor lain yang mungkin dimiliki olehseseorang.

Jika kita merujuk kepada hadis-hadis ma’shûmîn as, kita akan dapati bahwa menangis memiliki efek-efek positif yang dapat bermanfaat bagi diri manusia. Di antaranya, menangis dapat melunakkan hati. Dalam hadis di atas,Imam Shâdiq as menegaskan bahwa setitis air mata dapat memadamkan lautan api. Tentunya, tidak semua tangisan dapat memiliki efek seperti itu. Tangisan yang dapat memadamkan
lautan api itu adalah tangisan yang muncul dari rasa penyesalan terhadap dosa yang pernah dilakukan oleh seseorang. Tangisan seperti inilah yang dapat memadamkan lautan api neraka yang dikobarkan oleh dosa-dosa seorang hamba. Atau tangisan yang didasari oleh rasa takut kepada Allah.

Dalam banyak hadis disebutkan bahwa menangis kerana takut kepada Allahdapat mencahayakan hati dan mencegah seseorang untuk melakukan dosa kembali. (Ghurarul Hikam, HikmahNo.2051). Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa seseorang yang menangis meskipun air matanya hanya satu titis sebesar kepala lalat dan ia menangis kerana takut kepada Allah, Ia akan mengamankannya dari kedahsyatan hari Kiamat. (Bihârul Anwâr, jilid 93,hal.334, Hadis No.25)

Semoga Allah selalu menjadikan mata kita menitiskan air mata kerana takut kepadanya. Amin!


XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX


 Just Nak Share..

kau datang pada ku seperti biasa
ku sambut bahagia dengan tangan terbuka
kau balas dengan senyum seadanya
ku tahu ada sesuatu yang berbeza

oh..oh…oh..oh…

kau hanya diam seribu bahasa
hanya matamu yang cuba berbicara
bahawa saat ini hatimu terluka
kau tahu ku ada di sini untukmu

korus:
cuba tak berkedip menahan tegar di hujung mata
hingga kau pun tak kuasa
derailah airmata
dalam pelukku kau curahkan semua

menangislah…kadang manusia terlalu sombong untuk menangis
lalu untuk apa airmata telah dicipta
bukan hanya bahagia ada di dunia

menangislah di bahuku
kau berikan kukepercayaan
bahawa laramu adalah haru biru ku
kerna ku adalah sahabatmu

menangislah..menangislah

Artist : Firdaus
Title : Menangislah Dibahuku










Don't Give Up

Saudaraku..
Janganlah engkau berputus asa,
kerana putus asa bukan akhlak seorang Muslim,
Ketahuilah bahawa kenyataan hari ini adalah impian semalam,
dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok,
Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian,
Masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita,
Meskipun fenomena-fenomena
kerosakan dan kemaksiatan menghantui mereka,
Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya
dan yang kuat tidak akan selamanya kuat..


My brothers and sisters ..
You shall not despair,
because despair is not a Muslim character,
Know that the reality today is a dream last night,
and dreams of today is tomorrow's reality,
The time is long and the desire to realize peace,
Still embedded in the soul of our community,
Although the phenomenon-phenomena
damage and disobedience to haunt them,
The weak will not be vulnerable throughout their lives,
strong and powerful will not be forever.

Translations by: suriey.com

Sunday, November 14, 2010

Pembikinan Header...

Header...sesuatu yang penting bagi seorang penulis blog. Dari situ, secara tak lansung pembaca akan dapat menilai isi kandungan blog, pemikiran, apa yang akan disampaikan oleh penulis dan sebagainya. Membuat blog adalah kerja yang mudah bagi sesetengah orang juga boleh menjadi sesuatu yang susah bagi mereka yang baru.

Niat itu penting...maka terhasillah blog ini. Dengan niat yang betul...insyaAllah Allah akan permudahkan setiap penulisannya. Penulis sudah beberapa kali mencipta blog. Bermula akhir tahun 2008 (kalau tak silap) penulis sudah berjinak-jinak dengan blog sebab suka dengan pendekatan yang dibawa oleh blogger islamik yang lain tetapi barangkali niat ketika itu tidak betul-betul (main-main) penulis jadi bosan. Posting entah ke mana, hanya copy paste dari blogger lain...

Percubaan kali ke ??? guna Adobe Photoshop (nampak tak menarik kan?)

Percubaan kali ke ?? untuk bagi menarik...bunga matahari jadi agenda utama...Penulis suka bunga matahari...^_^

Akhirnya...penulis berpuas hati dengan yang ini: Ada background purple, bunga matahari, mutiara kata & picture seorang muslimah..Alhamdulillah.

Mungkin blog ini nampak tak menarik bagi sesetengah orang. Terpulang. Pembaca berhak mengkritik. Penulis juga suka mencari blog yang lawa.  Ia menarik hati kita untuk membaca. Tapi ingat, kebanyakan blog yang hebat pengisiannya adalah blog yang "simple", backgroundnya putih je...

Semoga diriku istiqamah dalam penulisan ini...Begitu juga penulis-penulis blog yang lain. Doakan kami...Amiin.